Jumat, 15 Oktober 2010

Jika dihari petama dijadikan sebagai ajang silatuahmi, untuk keduanya digunakan warga untuk ziarah kubur. Seperti yang dilakukan warga di Kecamatan Meliau, Sabtu (11/9).  Hal ini sudah semacam tradisi yang lumrah yang dilakukan warga pada lebaran kedua. 

Menurut Tokoh Masyarakat setempat, selain menjadi tradisi di kalangan umat Islam, ziarah kubur dihari kedua lebaran juga telah menjadi semacam budaya dan rutinitas dikalangan umat Islam yang mesti dilaksanakan  Tidak mengherankan jika hari kedua lebaran, lokasi TPU di Kecamatan Meliau akan dipadati warga.
“Kalau di agama Muslim, (ziarah kubur) ini sudah menjadi tradisi saat hari raya Idul Fithri. Kadang yang datang bukan hanya dari Meliau, tapi juga dari pedalaman. Itu kalau ada sanak saudaranya yang dimakamkan disini,” ungkap Wahid.

Dikatakannya lagi, karena lokasi perkuburan yang menyebrangi Sungai Kapuas, warga berziarah pergi mengggunakan sampan, atau perahu, bahkan ada juga yang menggunakan mesin klotok.
“Kita perginya pakai sampan, karena lokasinya bersebrangan dengan tempat tinggal, memang pada umumnya warga banyak yang dimakamkan di lokasi tersebut,” ujarnya lagi.

Menurut warga yang melakukan ziarah kubur, hal ini dilakukan pada keluarga mereka yang sudah meninggal menjadi acara rutin tahunan untuk mendoakan sanak saudara yang telah meninggal.

Diungkakan Rahma Dani (29) seorang penziarah kubur di pemakaman warga Cikaret Meliau hari raya idul fitri merupakan hari yang baik untuk mendoakan sanak saudara dan orang tua mereka yang sudah meninggal dunia.
"Ini untuk mendoakan saudara kita yang sudah meninggal supaya orang yang sudah meninggal diterangkan dalam kubur. Tak hanya ziarah, kita juga kadang bertemu dengan sanak saudara kita yang dari kampung lainnya. Jadi ada kesempatan untuk saling memaafkan,” ungkapnya kepada Metro. 
Selain menjadi tradisi di dalam keluarga dan Hari Raya Idul Fitri, ziarah kubur, diakui salah seorang peziarah, Agus, merupakan salah satu alat baginya untuk dapat berkomunikasi dengan sang ayah, almarhum Yakob Hadiono, yang meninggal sejak tahun 3 tahun yang lalu.

Yang menurutnya, ziarah kubur, salah satu sarana bagi keluarga besarnya untuk mengenalkan dan mengingatkan anak dan cucu kepada sang kakek yang telah tiada. Karenanya ziarah kubur saat hari kedua lebaran, sesuatu yang mesti dilakukan di dalam keluarga besarnya.
“Kita seringnya ziarah di hari kedua lebaran, makanya kadang anak dan cucu almarhum datang meski dari luar kota. Hal ini biar ingat anak-anak, cucu-cucu, bahwa ada kuburan kakeknya di sini,” ujarnya.

Diakuinya juga, bukan hanya saat hari raya Idul Fitri untuk melakukan ziarah kubur, tapi juga saat hari raya Idul Adha. Namun dihari yang sama, hari kedua lebaran. Bahkan jika waktu dan saatnya tepat beserta keluarga, ia, akan berziarah ke makam ayah yang dicintainya itu.

Senada dengan yang dikatakan Zirin, pria berusia 50 tahun ini, juga kera berziarah ke makam anak perempuannya. Walaupun tidak sering, bila ada kesempatan ia akan berziarah ke makam anaknya.
“Karena memang terikat pekerjaan, kalau ada kesempata kita ziarah, tapi lebarang kedua di hari raya Idul Fiti atau Idul Adha, kita sekeluarga pasti ziarah,” ungkapnya. 
Allahu Akbar…..Allahu Akbar…suara takbir menggema di salah satu rumah warga RT 06 RW 02, kecamatan Meliau. Beberapa warga sedang berkumpul melaksana takbiran keliling dari rumah ke rumah. Tradisi yang memang sudah lama, dan sering dilakukan warga setiap malam takbiran.
“Tradisi ini memang sudah lama, kita keliling dari rumah ke rumah, sambil menyuarakan takbir,” ujar salah satu pengurus Surau Al Jariah.
Sementara ini ditambahkan Imam Surau Al Jariah yang biasa disapa Pak Along Yep, selain menyuarakan takbir dari rumah ke rumah, jamaah juga membawa kaleng kosong yang nantinya digunakan untuk mengumpulkan sumbangan dari warga atau dikenal dengan nama Nangguk.
“Kita bawa kaleng, nanti diisi dengan tuan rumah, sukarela aja, se ikhalasnya. Hasilnya kita masukkan ke kas Surau. Ini sedeka dari umat,” ujar pria berumur 60 tahunan ini.
Dikatakannya lagi, tradisi yang dilakukan, para jamaah akan mampir salah satu rumah warga, kemudian menyuarakan takbir, diakhiri dengan doa. Pemilik rumah akan menyuguhkan makanan dan minuman untuk para jamaah.
“Kadang ada yang ngambil, kalau tidak ya kita tidak mampir, tergantung, kita takbir, doa. Tradisi ini, dilakukan ditiap surau, yang ada,” ungkapnya.
Sementara itu menurut Wahid, untuk satu surau, jika melaksanakan takbiran seperti ini, dibagi tiga kelompok. Masing-masing kelompok berjalan sesuai dengan rutenya.
“Ada yang ke hulu, ada yang ke hilir, ada yang ke darat. Kalau dibagi seperti ini, takbiran akan cepat selesai, jamaah juga akan cepat kembali ke rumah untuk beristrihat, untuk pelaksanaan shalat Id,” ungkap pria akrab disapa Pak Uning.
Menurut Wahid, ia pun tidak mengetahui sejak kapan tradisi tersebut dimulai, namun semenjak ia kecil, takbiran keliling dari rumah ke rumah, kerap dilakukan bila malam lebaran. Dan yang mengikuti tidak hanya orang tua, tapi remaja, terkadang juga anak-anak.
“Kapan di mulainya saya tak mengetahui, tapi ini sudah lama, dari saya kecil, sekarang usia saya sudah menginjak 60 tahunan,” ungkapnya.
Usai berkeliling, jamaah pun kembali ke Surau Al Jariah untuk mengumpulkan hasil nangguk.  

Sampan atau yang akrab disebut perahu klotok menjadi salah satu alat transpotrasi yang digunakan warga untuk pergi ziarah kubur. Ditambah lagi lokasi pemakaman umum yang jauh menyebrangi sungai Kapuas.

Bagi yang memiliki alat transportasi tersebut dapat langsung berangkat menuju ke perkuburan terlebih dahulu. Bagi yang tidak, alternatif lainnya, harus menyewa perahu, dengan biaya pulang pergi Rp. 20 ribu.

Seperti yang dikatakan Juliansyah penambang sampan, untuk hari biasanya, kalau ada warga yang menyebrang dari desa sebrang, Sungai Rambai menuju ke Desa Meliau, tarifnya Rp. 10 ribu untuk, satu orang dan motor. Tapi kalau untuk lebaran ini, tidak terlalu ditentukan tarifnya. Terkadang ada juga yang membayar dengan biaya yang sama, bahkan lebih.
“Kadang kita dikasih lebih, kadang juga sama, kadang kita minta diisi minyak, orang sini bilang, sukarela aja, tak ada patokan. Karena ini suasana lebaran,” ungkap Abdullah.

Sama halnya dengan yang diutarakan Firdaus, momen lebaran tak jauh berbeda dengan hari biasanya. Hal itu disebabkan, sekalian mengantarkan keluarga untuk ziarah kubur, ada juga warga lain yang minta diantarkan. Terkadang hingga, empat kali bolak balik, lantaran perahunya kecil, warga yang minta diantarkan ramai.
“Saya punya mesin cuma 2 PK, bodynya kecil aja, kadang yang minta antarkan ramai, mesti bolak balik, yang penting, saling tolong menolong. Kadang dikasih lebih kadang juga kita minta diisikan minyak, ama uang rokok aja,” ungkapnya.

Lanjutnya lagi, namun banyal juga yang menggunakan speedboat untuk berziarah kubur, bahkan ada yang menggunakan motor klotok, hal itu dilakukan karena keluarga yang ingin berziarah juga ramai. Mengenai tariff tidak ditetapkan, sama seperti biasanya.
“Mesin macam-macam, ada yang pakai 8 PK, 15, itu pasti bodi perahunya besar, penumpangnya pun ramai,” ujarnya lagi

lomba takbir keliling mewanai malam takbiran di Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau, Kamis (9/9) malam. Lomba yang diikuti delapan peserta dari khafilah dari setiap masjid, surau dan sekolah yang ada di Kecamatan Meliau. Beragam kreasi yang dibuat peserta untuk memeriahkan malam takbiran. Lomba diselenggaran dari remaja Masjid Al Itihad.

Abdullah, salah satu panitia mengatakan lomba ini rutin diadakan setiap tahunya dalam rangka untuk memeriahkan malam takbiran. Ia juga berharap pelaksanaan lomba kali ini bisa berjalan dengan tertib dan para peserta bisa menjaga kelompoknya masing-masing.
“Masing-masing peserta, saya hara bisa saling menjaga diri dan kelompok. Ini malam takbiran, semoga lomba ini bisa berjalan dengan lancer,” jelas Abdullah.

Lomba dimulai sekitar pukul 20.00, dengan start dari Masjid Al Ittihad. Rute yang dilalui, dari Masjid berjalan ke arah meliau hulu, mutar di Jalan Kapuas, diteruskan ke Jalan Masjid An’Naim, menuju ke Kantor Camat dan kemudian kembali ke halaman Madjis Al Ittihad.

Walaupun suasana diwarnai hujan gerimis, namun antusias, peseta cukup tinggi untuk mengikuti lomba ini. Begitu juga dengan warga, beberapa ruas jalan padat akan warga yang menyaksikan, lomba takbiran. Tampak juga petugas kepolisian memberikan mengamankan pada perlombaan
“Anggota kita ada ditiap titik untuk mengamankan lomba ini, ada juga yang mengawal peserta. Untuk rute seperti biasa, Cuma yang agak berbeda cuacanya, gerimis,” ujar salah satu petugas kepolisian.

Salah satu warga juga mengatakan, senang dengan diadakan lomba seperti ini. Yang menurutnya ada kreasi positif yang dilakukan para pemuda.
“Bagusnya seperti ini, dari pada, pawai yang suka ngeber-ngeber gas motor, suara takbir tak ada, yang ada suara motor jak,” ungkap Agus.


Dikatakan salah satu peserta, keutaman mengikuti lomba ini bukan untuk mencari kemenangan yang kemudian memperoleh uang dan piala, namun lebih kepada memeriahkan suasanan idul fitri, selepas berpuasa sebulan. 
“Kita kan bukan mencari menang, tapi yang pentingnya bisa memeriahkan penghujung bulan ramadhan ini, yakni malam lebaran, dan ini satu tahun sekali,” ungkap Junai, yang kental dengan logat daerahnya.
Sementara itu ketika ditanya, jika piala bergilir berpindah tangah, Junai menuturkan, siapa saja bisa menang.
“Siapa saja bisa menang, yang penting, kita meriahka hari raya kita ini,” ujarnya lagi.

Lomba berakhir sekitar pukul, 22.00 Wib. Untuk kali ini juara satu jatuh pada Surau Al Mustakin, juara dua, Surau Al Jariah, Juara, Masjid Al Ittihad. Jika sebelumya piala bergilit jatuh pada Surau Al Jariah, kali ini pada Surau Al Mustakim.
Sepeda motor jenis Yamaha Vega KB 2683 SP, milik Bahtiar, yang terparkir di dekat Gang Semut Pontianak Timur nyaris di curi maling, Sabtu (18/9) siang kemarin.

Dikatakan Bahtiar, motor Vega berwarna biru itu, diparkirkannya dekat Gang Semut Pontianak Timur. Ia datang ke tempat tersebut, hendak makan siang, karena sedang istirahat kerja. Ketika ditinggalkan motor tersebut dalam keadaan terkunci stang.
“Saya tempat ibu saya, mau makan siang, dekat dengan tempat kerja. Sayakan kerja bangunan di Akper Yarsi,” ujar buruh bangunan ini.

Lanjut Bahtiar, usai makan ia pun hendak kembali masuk kerja. Namun begitu naik di atas motor, ia terkaget melihat sepeda motornya dalam keadaan hidup. Padahal ketika diparkirkan motor tersebut dalam keadaan mesin yang mati dan stang yang terkunci.
“Waktu saya parkirkan stang memang sudah terkunci, kok pas mau balik kerja motor saya hidup. Sudah itu kuncinya tak bisa masuk full lagi, susah mau ngidupkannya,” ungkap Bahtiar.

Merasa ada yang janggal, ia pun mencari tahu ternyata dari keterangan beberapa orang yang ia temui. Ternyata saat ia makan siang, ada orang yang hendak mengambil sepeda motor miliknya itu.
“Tetangga depan bilang, tadi ada duduk di atas motor saya, kesanya mau ngambil, ciri-cirinya tinggi besar, tapi dia tak kenal. Pastinya bukan orang situ, soalnya kalau orang situ, tetangga pasti ada yang kenal,” jelas Bahtiar.

Tidak ingin kecolongan lagi, ia pun segera mendatangi Polsek Pontianak Timur, di Jalan Sulta Hamid II, memberitahukan kejadian yang dialaminya. Dimaksudnya agar kejadian tersebut dialami orang lain lagi, ditambah, saat ini marak kejadian pencurian kendaraan bermotor.
“Saya cuma kasih info, agar bapak-bapak polisi bisa ngecek, soalnya sekarang banyakm kecurian sepeda motor, takut ada orang lain yang kena. Motor saya sih, untung tak hilang, palingan saya ganti kunci kontaknya lagi,” jelas Bahtiar
Meningkatkan kewaspaadan sekaligus atensi dari pimpinan, Polsek Sungai Ambawang memasang CCTV. Pemasangan itu dilakukan dalam lingkungan polsek itu sendiri.

Hal itu dibenarkan Kapolsek Sungai Ambawang, AKP Sri Haryanto. Menurut Kapolsek, ada tiga tempat dalam lingkungan Polsek yang dipasang CCTV.
"Ada tiga kita pasang. Pemantauan untuk ruang tahanan, ruang pemeriksaan dan ruang penjagaan," ujar Kapolsek saat ditemui wartawan di ruang kerjanya.

Menurutnya lagi, pemasangan CCTV itu untuk meningkatkan kewaspaan anggota, proyeksi dari kasus di Polsek Hamparan Perak. Selain itu hal ini juga atensi dari pimpinan.
"Ini atensi dari pimpinan, pemicunya dari kasu di Hamparan Perak. Dengan pemasangan CCTv ini kita tingkatkan kewaspadaan kita," ungkap Kapolsek.

Dikatakannya, pemasangan di tiga tempat itu sesuai dengan fungsi masing-masing.
"Anggota yang terima amplop di ruang riksa bisa ketahaun. Begitu juga tahanan, kita bisa lakukan pemantauan. Untuk penjagaan kita bisa memantau situasi di luar. Siapa-siapa yang datang, atau ada hal-hal yang rawan bisa ketahuan," jelas Kapolsek
Niat ingin cepat sampai ke rumah, pupus. Sepeda motor jenis Honda Beat  yang dikendarai Frans, penyok usai menabrak pick up di Jalan A. Yani I, Jumat (8/10) malam. Sedangkan korban di duga hanya mengalami luka lecet akibat kejadian itu. Diketahui pick up itu sedang mengerjakan pekerjaan di depan sirkuti gasstrack Jalan Ayani Pontianak.

Dikatakan korban, saat itu ia baru selesai nongkrong bersama-sama teman-temannya di Vista, hendak pulang ke rumah. Belum sampai ke tujuan, musibah sudah menimpanya.
"Padahal saya dah mau pulang, janji mau minum es teler sama mama, belum juga sampai sudah kayak gini kejadiannya," ungkap Frans.

Dikatakannya lagi, saat itu sedang mengendarai sepeda motor jenis Honda Beat warna merah polos dengan nomor polisi 5973 QB, melaju dengan kecamatan lumayan tinggi. Usai menyalip mobil dari kiri, ia langsung banting ke kanan. Tak dikiranya, di depan ada pick yang sedang mengerjakan pekerjaan jalan. Tak bisa lagi mengerem dan tak bisa menghindar, benturan keras pun terjadi. Motor yang dikendarainya langsung masuk ke bawah pick up.
"Mau nyalip mobil, saya lewat kiri, pas banting ke kanan, depan ada pick up, tak bisa ngelak lagi. Motor saya langsung nabrak pick up, lalu masuk di bawah pick up itu," jelas warga Sungai Raya ini.

Belum diketahui secara pasti cidera yang dialami korban, namun diduga mengalami luka lecet. Dari pengakuan korban sendiri, kaki bagian kanan terasa ngilu akibat tubrukan itu. Sedangkan motornya sudah dipastikan mengalami kerusakan parah
"Gara-gara nabrak pick itu kaki saya agak ngilu-ngilu. Kalau motor udah pasti rusak berat, bagian depannya aja penyok, segitiganya mungkin hancur," ungkapnya lagi.

Dikatakannya juga ia tidak memiliki kelengkapan surat-surat kendaraan berupa sim. Sehingga ia merasa takut kejadian itu diketahui polisi.

Kejadian sempat membuat arus lalu lintas disekitar TKP macet, begitu motor dan korban sudah ditepikan, arus lalu lintas kembali lancar. Korban kemudian menghubungi rekan-rekannya, untuk membantu mendorong motornya.

Unik, secara tidak sengaja Deni alias Ligan (38) menemukan telur yang bertuliskan lafazd Allah, yang dibelinya dari agen telur sekaligus toko sembako di Jalan Adisucipto. Rabu (6/10) pukul 15.00 wib, hal itu baru diketahuinya ketika hendaka memasak telur tersebut.

Diceritakan Deni alias Ligan yang bekerja sebagai penjaga malam, awalnya ia tidak menyangka akan membeli telur yang rencana akan ia konsumsi bertuliskan lafazd Allah, karena ia ingin makan ia pun membeli telur beberapa biji. Saat sampai di rumahnya yang berada di Gang Haji Saleh Jalan Adisucipto, ia pun langsung ingin memasak telur tersebut. Namun ia kaget saat akan membuka telur tersebut ia melihat seperti ada tulisan, ia pun memperhatikan benar-benar tulisan tersebut yang ternyata tulisan lafazd Allah.

"Sudah mau saya masak awalanya telur itu, saat baru dibuka sedikit saya kaget kok kayaknya ada tulisan Allah. Pas saya perhatikan benar-benar ternyata memang benar, subhanallah saya bilang kebesaran Allah," ungkapnya.

Menurutnya setelah mengetahui itu memang tulisan lafazd Allah ia pun mengurungkan niatnya untuk memasak telur tersebut, melainkan ia langsung menyimpan telur itu. Sebelumnya tidaka ada mendapatkan firasat apa pun atau mimpi yang aneh, ia menganggap ini kebesaran yang Maha Kuasa untuk memperlihatkan kebesaranNya.

Deni rencananya akan menyimpan saja telur ini, karena menurutnya hal seperti ini tidaklah boleh diperjual belikan, karena ia belum ada rencana untuk menjual telur yang bertuliskan lafazd Allah ini. "Telur ini sih mau saya simpan saja, walaupun ada yang mau membeli karena keunikannya. Karena ini merupakan hal yang sangat langka, tapi tidak tahulah kalau telur ini berjodoh dengan orang lain," ujar Deni ketika ditemui.(jto)    

Senin, 04 Oktober 2010

aneh

Kemarin, tapi aku tak sempat melihat jam, namun yang pasti kemarin sore....

Aku...dan beberapa teman lamaku, sedang berkumpul di warung kopi di pinggiran kota ini. Memang tak sedikit mewah, secangkir kopi panas cukup menjadi penghangat suasana dan sedikit pembicaraa ngalur ngidul membangkitkan kenangan lama yang mungkin telah terlewatkan, atau juga mungkin sudah dilupakan. Mungkin atau pasti, bingung untuk ditetapkan, tapi kenangan itu sudah lewat.

Sesaat sedang asyiknya berkelakar, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri ku, dengan wajah yang juga tak juga sangar menurut penglihatan ku, namun yang tak mengenakan pandangannya yang tajam dan tanpa garis senyuman dibibirnya. Sedikit bertanya, "siapa orang ini ?", sayangnya kalimat itu tak bisa keluar, dikepung asap rokok yang masuk di kerongkongan ku.

Masih dengan tatapan matanya yang tajam, kembali dengan nuasa yang membuat ku terkaget, dia langsung bertanya gimana kabar ku..

"Baik," jawab ku singkat.

"Dengan siapa disini," tanya orang itu lagi,

"Biasa dengan rekan-rekan lama. Sedikit reunian, karena lama tak bertemu," jawab ku.

Ku jawab pertanyaanya itu dengan sedikit menahan napas, berharap usaha itu dapat menghilangkan rasa gugup, yang sedikit demi sedkikit mulai mengalir deras di dalam darah.

Pasti ada pertanyaan lagi yang terlontar dari orang misterius itu.... dan aku masih menunggu dengan pertanyaan itu..jika pertanyaan itu muncul kembali, pasti ku jawab dengan tegas, dan sedkit kepastian pada orang misterius itu, jika mereka adalah rekan-rekan KU.

1...2...3..4..5....sampai lima menit ku tunggu untuk pertanyaan berikutnya. Beberapa menit kemudian,, belum ada juga terlontar kalimat dari orang misterius itu. Aneh...!
Ku tunggu lagi dan masih tak ada jawab yang keluar dari kerutan bibiri orang misterius..kembali aku terdiam di buat tingkahnya yang aneh...bagaimana tidak, aku tidak mengenalnya sama sekali,..tiba-tiba ia menghampiri ku dan menepuk bahu ku..sambil tersenyum sdingin dan tetap dengan tatapan matanya yang tajam. Cukup dua kali di menepuk bahuku...dan kemudian meninggalkan teman-teman ku yang tertawa lepas, sedangkan aku hanya bengong tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Minggu, 26 September 2010

Kaca Pos Securiti Dipecahkan

Kaca pos Depo Pengisian Pertamina Siantan Pontianak Utara dihancurkan seorang pria berinisial Jn, Sabtu (25/9) malam, diperkirakan sekitar pukul 00.45 Wib. Belum diketahui secara pasti penyebab pelaku menghancurkan kaca pos tersebut,  namun diduga Jn saat itu dalam kondisi mabuk, karena dibawah pengaruh minuman keras. Kejadian itu sempat memancing perhatian warga sekitar.

Mengetahui kejadian tersebut aparat kepolisian dari Polsek Pontianak Utara, langsung ke lokasi kejadian dan mengamankan TKP.  Kejadian itu pun dilaporkan Sunarta (44) ke Mapolsek Pontianak Utara. Akibat pengerusakan ini pihak Pertamina mengalami kerugian mencapai Rp. 1,5 juta.

Data yang dihimpun, pelaku sempat tiga kali mendatangi Depo Pertamina Siantan. Kedatangan pertama dan kedua, pelaku sambil marah-marah. Oleh securiti pelaku pun diantarkan pulang ke rumahnya. Belum lama pelaku ternyata kembali lagi dan langsung memecahkan kaca securiti dengan menggunakan kursi.
"Tiga kali di datang, datang pertam dan kedua marah-marah, langsung diamankan securiti. Sudah diantarkan ke rumahnya, tak lama dia balik lagi, langsung mecahkan kaca. Securiti itu baru jak keluar dari pos, tiba-tiba dengan kaca dipecahkan dia," cerita warga tersebut.

Sementara itu dari keterangan Sunarto (44), kepada petugas, pelaku saat itu dalam keadaan mabuk diduga terpengaruh minuman keras, langsung memasuki area perparkiran mobil Depo Pertamina langsung marah kepada Security. Kedatangan pelaku untuk mencari supir yang telah membunyikan klakson saat mobil tangki diparkir. Namun pelaku tidak mendapatkannya, ujung-ujungnya mengamuk, lalu menghancurkan kaca Pos Security.
“Dia datang ke Depo, cari supir. Tapi supir yang dicari tak ada, langsung dia marah-marah, lalu mecahkan kaca pos securiti,” ujar Sunarto kepada petugas.

Hingga berita ini diturunkan kasus tersebut masih dalam penanganan aparat Polsek Pontianak Utara, untuk pengusutan dan penyelidikan lebih lanjut.

Kebakaran Hanguskan Empat Rumah

Empat buah rumah di Gang Ramin I Jalan H. Saman Hudi Pontianak Timur hangus dilahap sejago merah, Jumat (24/9) malam. Diketahui pemilik rumah tersebut, Idi, Sani, Dince dan Edi. Belum diketahui sumber awal api, namun keempat rumah tersebut hangus dilahap sijago merah.
Dikatakan Ridwan, api tersebut berawal dari rumah Ibu Idi. Saat itu ia sedang berada di rumah. Tiba-tiba mendengar teriakan kebakaran. Ia pun bergegas keluar, dilihatnya api dari rumah Ibu Idi sudah mulai membesar. Bersama dengan warga setempat ia pun berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya, sembari menunggu pemadam kebakaran datang. "Dari rumah Ibu Idi apinya dari bagian kamar. Pas dengar teriakan kebakaran, saya langsung keluar, lihat apinya sudah membesar, baru merembet ke rumah lainnya," cerita Ridwan.
Di lain tempat, dari keterangan Edi, saat itu ia sedang menyelesaikan pekerjaan. Sama halnya dengan Ridwan, begitu mendengar teriakan kebakaran, ia langsung bergegas keluar.
"Saya kira orang kelahi, kadang-kadang biasa ribut-ribut, tahunya pas keluar lihat api sudah membesar," ujar pria asal Sintang ini.
Dikatakannya lagi, melihat api sudah membesar dan mulai merembet ke rumah lain, ia pun bergegas masuk ke dalam rumah. Berusaha menyelamatkan barang-barang. Namun tak banyak hanya laptop, ijazah, dan beberapa helai pakaian yang bisa diselamatkannya. "Hanya laptop, ijazah, dan pakaian yang bisa saya selamatkan. Di rumah ada tiga orang, tapi yang lain lagi keluar. Pas kejadian cuma saya yang ada di rumah," jelas Edi.
Menurut Idi, saat insiden itu berlangsung sempat terdengar dua kali suara ledakan yang diduga berasal dari tabung gas. "Tadi memang ada suara ledakan, dari rumah saya dan ruam tetangga. Tapi itu pas api sudah besar, karen ada tabung di rumah saya yang tak bisa dibawa keluar," ungkap Idi.
Tak lama kemudian, pemadam kebakaran mulai dari pemadam dinas dan pemadam kebakaran swasta datang ke lokasi kejadian. Bersama warga petugas bahu membahu untuk memadamkan api. Lokasi tersebut juga dipadati warga yang hanya ingin menyaksikan kejadian tersebut. Tampak juga petugas kepolisian dari Polsek Pontianak Timur dan Polresta Pontianak datang ke TKP. Diperkirakan 30 menit kemudian api baru dapat dipadamkan. Hingga berita ini diturunkan, penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan kepolisian

Selasa, 10 Agustus 2010

10 Agustus 2010

 Renungan Jelang Ramadan, “Pesan Terakhir Bunda”
Dalam hitungan hari lagi, umat Islam se dunia akan menyabut bulan Ramadan.  Bulan penuh berkah dan ampunan dengan berlipat ganda pahala selama beribadah di bulan suci ini. Marhaban ya Ramadan. Dari lubuk hati yang paling dalam saya haturkan beribu maaf atas dosa dan kekhilafan. Amin.
Namun, dalam puasa tahun ini bagi saya sendiri pasti ada sesuatu yang berbeda. Ada yang kurang, ya tanpa kehadiran seyum bunda tercinta. Tidak bisa lagi mencicipi masakan enak buatan ibu saat berbuka mapun sahur. Ibunda telah dipanggil oleh Allah SWT, pada akhir Juli lalu. Saya sekeluarga sangat kehilangan atas sosok ibu yang luar biasa ini. Bagaimana tidak, ibulah yang membesarkan kami sembilan bersaudara penuh dengan kasih sayang dan motivasi agar hidup penuh makna.
Sebelum wafat, beliau sempat sakit koflikasi yang cukup lama. Dalam ujian sakit berat ini, dijalani dengan penuh kesabaran dan keiklasan hingga akhir khayatnya.  Saya sendiri yang tinggal tak begitu jauh sangat menyesal karena tidak sempat menemami saat-saat kritisnya. Tiga hari menjelang wafatnya, saya sempat berkomunikasi via telepon. Ibu menanyakan kabar saya, istri juga tak lupa cucunya yang saat ini sudah fasih sebut nenek-kakek dari bibir mungilnya.
Beliau juga menanyakan kapan saya pulang ke Garut, karena karena ingin cepat-cepat ketemu, apalahi penasaran ingin melihat cucunya yang sudah bisa berjalan dan lagi lucu-lucunya belajar ngomong. “Geura balik, mamah hayang papanggih (cepat pulang ibu ingin ketemu)” ucap beliau dari ujung telepon kala itu. Jawab saya, “Enya mah, ke awal bulan sateuacan puasa pulang (Iya, awal bulan sebelum puasa pulang).” “Kalilaan atuh, mun bisa mah ayena-ayena wae tong ditunda-tunda da jang balik mah moal meaken ongkos gaji (Ah kelamaan, kalau bisa secepatnya sekarang aja, jangan ditunda-tunda lagian buat pulang tidak akan menghabiskan uang satu kali gaji,” sambung beliau dengan sedikit nada kecewa. Saya bilang lagi, “Iya, iya, iya.”
Sayang, keinginan beliau tak sempat saya penuhi gara-gara kesibukan kerja di Jakarta. Percakapan tadi untuk terakhir kalinya saya mendengar suara ibu. Mungkin beliau sudah punya firasat tidak akan lama lagi tinggal di dunia yang fana ini. Sayangnya, saya sendiri tidak peka dengan isyarat itu sehingga kini hanya tersisa penyesalan yang tiada arti. Apagunanya menyelas, toh semuanya sudah terjadi. Sebagai anak, saya egois hanya memikirkan pekerjaan dan pekerjaan tanpa empati dengan kondisi orangtua. Ibu, maafkan anakmu yang durhaka ini. Ampunilah hambamu yang berdosa ini, ya Allah. Mudah-mudahan Allah SWT menerima amal-ibadah beliau dan diampuni dari segala dosa serta kehilapan selama hidupnya, amien.
Setengah sebelas Minggu malam, saya menerima kabar duk tersebut. Kala itu, saya kebetulan sedang piket malam di kantor.  Di tengah persaan yang berkecamuk, bersama beberapa saudara meluncur pulang. Setiba di rumah, di hadapan terbujur kaku, sosok yang selama ini membesarkan dan membimbing agar saya tetap hidup sederhana, jujur, dan rela berbagi.
Di hadapannya, saya hanya memandangi wajah beliau yang tampak putih bersinar dan sedikit tersenyum. Tanpa terasa, saya menciumi dan mengelus mukanya yang seakan memancarkan kedamaian. Saat itu adalah puncak kesedihan dalam hidup saya. Saking sedihnya, tak ada setetes pun air mata yang keluar. Air mata ini mendadak kering kerontang seperti habis dilanda musim kemarau lima tahun. Hanya gemuruh dalam hati yang berkecamuk, antara rasa bersalah, penyesalan, dan kesedihan.
Saya teringat pesan beliau ketika sebelum wafat. Keinginannya hanya satu kepada semua anak-anaknya, setelah meninggal nanti, beliau hanya minta dikirimi doa selepas salat. Tak ada yang lain, hanya doa dari anak-anaknya. Cukup doa saja.
Cerita ini saya tulis bukan semata-mata ingin mengobral kesedihan dan penyelasan. Tapi sedidaknya menjadi bahan introspeksi dan renungan bersama menjelang bulan Ramadhan. Orangtua, terurama ibu adalah orang yang paling berjasa. Ibulah yang telah mengandung kita selama sembilan bulan, melahirkan, membesarkan, mendidik kita hingga sebesar ini. Kasih-sayang dan pengorbanannya tidak mungkin terbalas.
Namun terkadang setelah kita besar, sukses dan hidup mandiri lupa akan pengorbanan dan jasa-jasa mereka. Orangtua menjadi urusan ke sekian karena kita lebih mengutamakan istri, anak, atau pekerjaan kantor. Padahal, orangtua apalagi ibu tidak akan berpikir dua kali, mempertaruhkan segalanya demi kebaikan anaknya. Tapi sang anak, tak jarang mikir dua kali sekadar memenuhi keinginan orangtua yang tak seberapa. Diminta pulang karena orangtua ingin ketemu, kita kerap mengabaikanya dengan berbagai alasan.
Baru setelah orangtua sudah tiada, kita merasa sangat kehilangan dan merasa bersalah. Tapi jarum jam kehidupan tidak bisa diputar balik, kematian adalah hak mutlak bagi setiap insan yang waktunya telah ditentukan oleh Allah SWT.  Jadi perlakukanlah sebaik-baiknya orangtua kita selagi masih hidup. Penuhilah hak-haknya selagi kita bisa menunaikannya, dan jangan ditunda-tunda lagi. Bahagiakanlah mereka selagi masih hidup. Karena akan percuma saja kita memberikan apapun ketika mereka sudah tiada. Mintalah selalu doanya untuk kebaikan hidup kita.  Dan jangan lupa, selalu doakan mereka siang dan malam sebagai ganti kelalai kita dalam memenuhi hak-haknya semasa hidup keduanya.
Dalam  HR Thabrani disebutkan ada empat perkara yang mengalir pahalanya setelah pelakunya meninggal dunia, yaitu, orang yang meninggal ketika menjaga sempadan negara Islam dalam perjuangan di jalan Allah (murabith), orang yang mengajarkan ilmunya, senantiasa mengalir pahala baginya, orang yang memberikan sedekah akan mengalir pahala sedekahnya di mana saja sedekah itu berada dan orang yang meninggalkan anak yang soleh dan anak tersebut selalu berdoa untuk kebahagiaannya.
Sumber : http://agama.kompasiana.com