Jumat, 15 Oktober 2010

Jika dihari petama dijadikan sebagai ajang silatuahmi, untuk keduanya digunakan warga untuk ziarah kubur. Seperti yang dilakukan warga di Kecamatan Meliau, Sabtu (11/9).  Hal ini sudah semacam tradisi yang lumrah yang dilakukan warga pada lebaran kedua. 

Menurut Tokoh Masyarakat setempat, selain menjadi tradisi di kalangan umat Islam, ziarah kubur dihari kedua lebaran juga telah menjadi semacam budaya dan rutinitas dikalangan umat Islam yang mesti dilaksanakan  Tidak mengherankan jika hari kedua lebaran, lokasi TPU di Kecamatan Meliau akan dipadati warga.
“Kalau di agama Muslim, (ziarah kubur) ini sudah menjadi tradisi saat hari raya Idul Fithri. Kadang yang datang bukan hanya dari Meliau, tapi juga dari pedalaman. Itu kalau ada sanak saudaranya yang dimakamkan disini,” ungkap Wahid.

Dikatakannya lagi, karena lokasi perkuburan yang menyebrangi Sungai Kapuas, warga berziarah pergi mengggunakan sampan, atau perahu, bahkan ada juga yang menggunakan mesin klotok.
“Kita perginya pakai sampan, karena lokasinya bersebrangan dengan tempat tinggal, memang pada umumnya warga banyak yang dimakamkan di lokasi tersebut,” ujarnya lagi.

Menurut warga yang melakukan ziarah kubur, hal ini dilakukan pada keluarga mereka yang sudah meninggal menjadi acara rutin tahunan untuk mendoakan sanak saudara yang telah meninggal.

Diungkakan Rahma Dani (29) seorang penziarah kubur di pemakaman warga Cikaret Meliau hari raya idul fitri merupakan hari yang baik untuk mendoakan sanak saudara dan orang tua mereka yang sudah meninggal dunia.
"Ini untuk mendoakan saudara kita yang sudah meninggal supaya orang yang sudah meninggal diterangkan dalam kubur. Tak hanya ziarah, kita juga kadang bertemu dengan sanak saudara kita yang dari kampung lainnya. Jadi ada kesempatan untuk saling memaafkan,” ungkapnya kepada Metro. 
Selain menjadi tradisi di dalam keluarga dan Hari Raya Idul Fitri, ziarah kubur, diakui salah seorang peziarah, Agus, merupakan salah satu alat baginya untuk dapat berkomunikasi dengan sang ayah, almarhum Yakob Hadiono, yang meninggal sejak tahun 3 tahun yang lalu.

Yang menurutnya, ziarah kubur, salah satu sarana bagi keluarga besarnya untuk mengenalkan dan mengingatkan anak dan cucu kepada sang kakek yang telah tiada. Karenanya ziarah kubur saat hari kedua lebaran, sesuatu yang mesti dilakukan di dalam keluarga besarnya.
“Kita seringnya ziarah di hari kedua lebaran, makanya kadang anak dan cucu almarhum datang meski dari luar kota. Hal ini biar ingat anak-anak, cucu-cucu, bahwa ada kuburan kakeknya di sini,” ujarnya.

Diakuinya juga, bukan hanya saat hari raya Idul Fitri untuk melakukan ziarah kubur, tapi juga saat hari raya Idul Adha. Namun dihari yang sama, hari kedua lebaran. Bahkan jika waktu dan saatnya tepat beserta keluarga, ia, akan berziarah ke makam ayah yang dicintainya itu.

Senada dengan yang dikatakan Zirin, pria berusia 50 tahun ini, juga kera berziarah ke makam anak perempuannya. Walaupun tidak sering, bila ada kesempatan ia akan berziarah ke makam anaknya.
“Karena memang terikat pekerjaan, kalau ada kesempata kita ziarah, tapi lebarang kedua di hari raya Idul Fiti atau Idul Adha, kita sekeluarga pasti ziarah,” ungkapnya. 
Allahu Akbar…..Allahu Akbar…suara takbir menggema di salah satu rumah warga RT 06 RW 02, kecamatan Meliau. Beberapa warga sedang berkumpul melaksana takbiran keliling dari rumah ke rumah. Tradisi yang memang sudah lama, dan sering dilakukan warga setiap malam takbiran.
“Tradisi ini memang sudah lama, kita keliling dari rumah ke rumah, sambil menyuarakan takbir,” ujar salah satu pengurus Surau Al Jariah.
Sementara ini ditambahkan Imam Surau Al Jariah yang biasa disapa Pak Along Yep, selain menyuarakan takbir dari rumah ke rumah, jamaah juga membawa kaleng kosong yang nantinya digunakan untuk mengumpulkan sumbangan dari warga atau dikenal dengan nama Nangguk.
“Kita bawa kaleng, nanti diisi dengan tuan rumah, sukarela aja, se ikhalasnya. Hasilnya kita masukkan ke kas Surau. Ini sedeka dari umat,” ujar pria berumur 60 tahunan ini.
Dikatakannya lagi, tradisi yang dilakukan, para jamaah akan mampir salah satu rumah warga, kemudian menyuarakan takbir, diakhiri dengan doa. Pemilik rumah akan menyuguhkan makanan dan minuman untuk para jamaah.
“Kadang ada yang ngambil, kalau tidak ya kita tidak mampir, tergantung, kita takbir, doa. Tradisi ini, dilakukan ditiap surau, yang ada,” ungkapnya.
Sementara itu menurut Wahid, untuk satu surau, jika melaksanakan takbiran seperti ini, dibagi tiga kelompok. Masing-masing kelompok berjalan sesuai dengan rutenya.
“Ada yang ke hulu, ada yang ke hilir, ada yang ke darat. Kalau dibagi seperti ini, takbiran akan cepat selesai, jamaah juga akan cepat kembali ke rumah untuk beristrihat, untuk pelaksanaan shalat Id,” ungkap pria akrab disapa Pak Uning.
Menurut Wahid, ia pun tidak mengetahui sejak kapan tradisi tersebut dimulai, namun semenjak ia kecil, takbiran keliling dari rumah ke rumah, kerap dilakukan bila malam lebaran. Dan yang mengikuti tidak hanya orang tua, tapi remaja, terkadang juga anak-anak.
“Kapan di mulainya saya tak mengetahui, tapi ini sudah lama, dari saya kecil, sekarang usia saya sudah menginjak 60 tahunan,” ungkapnya.
Usai berkeliling, jamaah pun kembali ke Surau Al Jariah untuk mengumpulkan hasil nangguk.  

Sampan atau yang akrab disebut perahu klotok menjadi salah satu alat transpotrasi yang digunakan warga untuk pergi ziarah kubur. Ditambah lagi lokasi pemakaman umum yang jauh menyebrangi sungai Kapuas.

Bagi yang memiliki alat transportasi tersebut dapat langsung berangkat menuju ke perkuburan terlebih dahulu. Bagi yang tidak, alternatif lainnya, harus menyewa perahu, dengan biaya pulang pergi Rp. 20 ribu.

Seperti yang dikatakan Juliansyah penambang sampan, untuk hari biasanya, kalau ada warga yang menyebrang dari desa sebrang, Sungai Rambai menuju ke Desa Meliau, tarifnya Rp. 10 ribu untuk, satu orang dan motor. Tapi kalau untuk lebaran ini, tidak terlalu ditentukan tarifnya. Terkadang ada juga yang membayar dengan biaya yang sama, bahkan lebih.
“Kadang kita dikasih lebih, kadang juga sama, kadang kita minta diisi minyak, orang sini bilang, sukarela aja, tak ada patokan. Karena ini suasana lebaran,” ungkap Abdullah.

Sama halnya dengan yang diutarakan Firdaus, momen lebaran tak jauh berbeda dengan hari biasanya. Hal itu disebabkan, sekalian mengantarkan keluarga untuk ziarah kubur, ada juga warga lain yang minta diantarkan. Terkadang hingga, empat kali bolak balik, lantaran perahunya kecil, warga yang minta diantarkan ramai.
“Saya punya mesin cuma 2 PK, bodynya kecil aja, kadang yang minta antarkan ramai, mesti bolak balik, yang penting, saling tolong menolong. Kadang dikasih lebih kadang juga kita minta diisikan minyak, ama uang rokok aja,” ungkapnya.

Lanjutnya lagi, namun banyal juga yang menggunakan speedboat untuk berziarah kubur, bahkan ada yang menggunakan motor klotok, hal itu dilakukan karena keluarga yang ingin berziarah juga ramai. Mengenai tariff tidak ditetapkan, sama seperti biasanya.
“Mesin macam-macam, ada yang pakai 8 PK, 15, itu pasti bodi perahunya besar, penumpangnya pun ramai,” ujarnya lagi

lomba takbir keliling mewanai malam takbiran di Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau, Kamis (9/9) malam. Lomba yang diikuti delapan peserta dari khafilah dari setiap masjid, surau dan sekolah yang ada di Kecamatan Meliau. Beragam kreasi yang dibuat peserta untuk memeriahkan malam takbiran. Lomba diselenggaran dari remaja Masjid Al Itihad.

Abdullah, salah satu panitia mengatakan lomba ini rutin diadakan setiap tahunya dalam rangka untuk memeriahkan malam takbiran. Ia juga berharap pelaksanaan lomba kali ini bisa berjalan dengan tertib dan para peserta bisa menjaga kelompoknya masing-masing.
“Masing-masing peserta, saya hara bisa saling menjaga diri dan kelompok. Ini malam takbiran, semoga lomba ini bisa berjalan dengan lancer,” jelas Abdullah.

Lomba dimulai sekitar pukul 20.00, dengan start dari Masjid Al Ittihad. Rute yang dilalui, dari Masjid berjalan ke arah meliau hulu, mutar di Jalan Kapuas, diteruskan ke Jalan Masjid An’Naim, menuju ke Kantor Camat dan kemudian kembali ke halaman Madjis Al Ittihad.

Walaupun suasana diwarnai hujan gerimis, namun antusias, peseta cukup tinggi untuk mengikuti lomba ini. Begitu juga dengan warga, beberapa ruas jalan padat akan warga yang menyaksikan, lomba takbiran. Tampak juga petugas kepolisian memberikan mengamankan pada perlombaan
“Anggota kita ada ditiap titik untuk mengamankan lomba ini, ada juga yang mengawal peserta. Untuk rute seperti biasa, Cuma yang agak berbeda cuacanya, gerimis,” ujar salah satu petugas kepolisian.

Salah satu warga juga mengatakan, senang dengan diadakan lomba seperti ini. Yang menurutnya ada kreasi positif yang dilakukan para pemuda.
“Bagusnya seperti ini, dari pada, pawai yang suka ngeber-ngeber gas motor, suara takbir tak ada, yang ada suara motor jak,” ungkap Agus.


Dikatakan salah satu peserta, keutaman mengikuti lomba ini bukan untuk mencari kemenangan yang kemudian memperoleh uang dan piala, namun lebih kepada memeriahkan suasanan idul fitri, selepas berpuasa sebulan. 
“Kita kan bukan mencari menang, tapi yang pentingnya bisa memeriahkan penghujung bulan ramadhan ini, yakni malam lebaran, dan ini satu tahun sekali,” ungkap Junai, yang kental dengan logat daerahnya.
Sementara itu ketika ditanya, jika piala bergilir berpindah tangah, Junai menuturkan, siapa saja bisa menang.
“Siapa saja bisa menang, yang penting, kita meriahka hari raya kita ini,” ujarnya lagi.

Lomba berakhir sekitar pukul, 22.00 Wib. Untuk kali ini juara satu jatuh pada Surau Al Mustakin, juara dua, Surau Al Jariah, Juara, Masjid Al Ittihad. Jika sebelumya piala bergilit jatuh pada Surau Al Jariah, kali ini pada Surau Al Mustakim.
Sepeda motor jenis Yamaha Vega KB 2683 SP, milik Bahtiar, yang terparkir di dekat Gang Semut Pontianak Timur nyaris di curi maling, Sabtu (18/9) siang kemarin.

Dikatakan Bahtiar, motor Vega berwarna biru itu, diparkirkannya dekat Gang Semut Pontianak Timur. Ia datang ke tempat tersebut, hendak makan siang, karena sedang istirahat kerja. Ketika ditinggalkan motor tersebut dalam keadaan terkunci stang.
“Saya tempat ibu saya, mau makan siang, dekat dengan tempat kerja. Sayakan kerja bangunan di Akper Yarsi,” ujar buruh bangunan ini.

Lanjut Bahtiar, usai makan ia pun hendak kembali masuk kerja. Namun begitu naik di atas motor, ia terkaget melihat sepeda motornya dalam keadaan hidup. Padahal ketika diparkirkan motor tersebut dalam keadaan mesin yang mati dan stang yang terkunci.
“Waktu saya parkirkan stang memang sudah terkunci, kok pas mau balik kerja motor saya hidup. Sudah itu kuncinya tak bisa masuk full lagi, susah mau ngidupkannya,” ungkap Bahtiar.

Merasa ada yang janggal, ia pun mencari tahu ternyata dari keterangan beberapa orang yang ia temui. Ternyata saat ia makan siang, ada orang yang hendak mengambil sepeda motor miliknya itu.
“Tetangga depan bilang, tadi ada duduk di atas motor saya, kesanya mau ngambil, ciri-cirinya tinggi besar, tapi dia tak kenal. Pastinya bukan orang situ, soalnya kalau orang situ, tetangga pasti ada yang kenal,” jelas Bahtiar.

Tidak ingin kecolongan lagi, ia pun segera mendatangi Polsek Pontianak Timur, di Jalan Sulta Hamid II, memberitahukan kejadian yang dialaminya. Dimaksudnya agar kejadian tersebut dialami orang lain lagi, ditambah, saat ini marak kejadian pencurian kendaraan bermotor.
“Saya cuma kasih info, agar bapak-bapak polisi bisa ngecek, soalnya sekarang banyakm kecurian sepeda motor, takut ada orang lain yang kena. Motor saya sih, untung tak hilang, palingan saya ganti kunci kontaknya lagi,” jelas Bahtiar
Meningkatkan kewaspaadan sekaligus atensi dari pimpinan, Polsek Sungai Ambawang memasang CCTV. Pemasangan itu dilakukan dalam lingkungan polsek itu sendiri.

Hal itu dibenarkan Kapolsek Sungai Ambawang, AKP Sri Haryanto. Menurut Kapolsek, ada tiga tempat dalam lingkungan Polsek yang dipasang CCTV.
"Ada tiga kita pasang. Pemantauan untuk ruang tahanan, ruang pemeriksaan dan ruang penjagaan," ujar Kapolsek saat ditemui wartawan di ruang kerjanya.

Menurutnya lagi, pemasangan CCTV itu untuk meningkatkan kewaspaan anggota, proyeksi dari kasus di Polsek Hamparan Perak. Selain itu hal ini juga atensi dari pimpinan.
"Ini atensi dari pimpinan, pemicunya dari kasu di Hamparan Perak. Dengan pemasangan CCTv ini kita tingkatkan kewaspadaan kita," ungkap Kapolsek.

Dikatakannya, pemasangan di tiga tempat itu sesuai dengan fungsi masing-masing.
"Anggota yang terima amplop di ruang riksa bisa ketahaun. Begitu juga tahanan, kita bisa lakukan pemantauan. Untuk penjagaan kita bisa memantau situasi di luar. Siapa-siapa yang datang, atau ada hal-hal yang rawan bisa ketahuan," jelas Kapolsek